Oleh: Kamalludin
Makin banyak orang meyakini bahwa apa yang dinamakan peradaban modern, di mana tinggal di dalamnya, sedang berada diambang krisis. (red. Contoh masyarakat di negara-negara barat kini mulai merasakan kehausan spiritual hingga akhirnya banyak yang mencari kedamaian di dunia timur). Padahal kalau bicara soal peradaban modern, kita otomatis bicara juga soal sains modern bersama aplikasinya. Memang kelihatannya ini terlalu berlebihan, tetapi dalam realitasnya sains modern dapat menerangkan persoalan dunia masa kini. Tentang alienasi individual, rusaknya lingkungan manusia dan sebagainya. Masalah ini sebagai contoh kecil saling mempengaruhi dan terakumulasi dalam apa yang sering dinamakan sebagai krisis global yang tengah dihadapai oleh negara-negara di dunia, yang notabene sebagai aktor dalam sains modern tersebut.
Bila krisis-krisis ini disajikan dalam daftar yang rinci, maka akan didapatkan daftar yang teramat panjang. Sebagai contoh barangkali ini yang paling dominan adalah krisis ekologi (lingkungan). Ekosistem alam yang dihuni bermilyar makhluk hidup kini berada dalam situasi yang labil lantaran terlalu banyak campur tangan manusia terhadapnya, baik yang direncanakan maupun tidak. efek rumah kaca misalnya, tidak hanya berbahayas bagi sebagian dunia saja, tetapi juga mengancam seluruh dunia. Ancaman yang lain adalah menipisnya lapisan ozon akibat penggunaan penyegar yang berlebihan. Meskipun jumlahnya hanya sedikit, tetapi ozon sangat fital untuk melindungi kehidupan( red. di bumi) dari sengatan sinar ultraviolet langsung dari matahari.
Contoh diatas belum seberapa bila dibandingkan dengan kemungkinan terjadinya perang nuklir. Jumlah senjata nuklir yang dimiliki oleh dunia cukup untuk menghancurkan bumi beserta penghuninya. Kekuatan hulu ledak yang dimiliki dunia berlipat lebih dasyat dari pada yang pernah dijatuhkan di Hirosyima dan nagasaki, bahkan baru bocornya reaktor nuklir saja sudah sekian ratus nyawa melayang.
Ini baru krisi lingkungan, sekarang bagaimana bola manusia menciptakan makhluk hidup baru dengan rekayasa genetiknya? Mereka mampu menciptakan manusia super yang dapat diprogram menurut kemauan mereka, mereka bisa membuatnya sebagai penghancur, tetapi mereka juga bisa membuatnya sebagai robot-robot yang dapat melayaninya untuk menjadi manusia yang serba simpel(instan).
Sementara dampak lain yang muncul; misalnya dampak psikologis, termasuk meningkatnya grafik penderita depresi, kegelisahan, psikosis dan lainnya. Hal yang paling parah bila manusia telah jauh dari rel kehidupannya yang mesti dilaluinya, ujung-ujungnya tindakan bunuh diri dan penyakit jiwa meningkat dengan pesatnya.
Argumen bahwa sains bersifat netarl bisa untuk kepentingan masyarakat dan kehancuran tampaknya (pernah) sangat meyakinkan. Tetapi apa benar kalau sains modern bisa dipisahkan dari penerapannya? seperti penyalahgunaan dalam militer untuk menghancurkan manusia yang tidak berdosa. Dimana pula penerapannya secara fungsional sebagai kemakmuran masyarakat?
Bila dilihat kembali sejarah lahirnya sains modern maka akan didapatkan semakin tampaknya semenjak kebangkitannya (renaissnce), tujuan sains modern adalah untuk menjadikan manusia sebagai penguasa alam' sehingga ia bebas mengeksploitasinya demi kepentingan manusia sendiri dalam menjadikan diri pemilik budaya instan. Ringkasnya, sejak ia (sains modern) lahir tidak bisa dipisahkan dari aplikasinya yang tepat, baik atau buruk jadi sains modern itu tidak netral.
Dampak tak terlihat sains modern ini muncul diantaranya pada pola pikir manusia dan pada gilirannya akan bergerak ke arah perilakunya. Ini tampak pada dominasi empirisme dalam penilaian manusia atau realitas-realitas, baik sosial, individual, bahkan juga keagamaan. Barang kali hal ini juga dapat menjelaskan pada apa yang telah disebutkan sebagai budaya indrawi (yang bersifat empiris, duniawi, sekular, humanistik, pragmatis dan hedonistis).
Memang sejak munculnya, sains modern telah terkena dominasi Barat, sehingga tak aneh bila orang menyebutnya sebagai sains Barat. Nilai-nilai ini kemudian berkembang ke negara-negara tetangganya termasuk juga negara muslim turut menerapkan sains barat bersamaan dengan menyerbarnya sains modern lewat jalur alih teknologi dan lembaga pendidikan (universitas) dan saluran lain. Diakui atau tidak pengaruh sains modern telah membawa manusia ke 'alam' lain.
Masalahnya kini: Bagaimana manusia menerapkan sains modern secara proporsional, kembali kepada misinya yang luhur tanpa berdimensi negatif. Haruskan manusia menggunakan efek sains modern sebagai legitimasi untuk mencemarinya, meninggalkan kaidah-kaidah dan norma-norma kemanusiaan? Haruskan ia (Sains Modern) berpihak pada sisi yang cenderung lebih menguntungkan salah satu pihak dan menyengsarakan pihak lain? Teknologi persenjataan misalnya, haruskan digunakan untuk membinasakan manusia yang tak berdosa, yang awam terhadap urusan teknologi? jawabannya dipulangkan kepada aktor sains dan teknologi. Andaikan mereka melihat sisi gelapnya (sains Modern), andaikan mereka memiliki sisi humanisme yang tinggi, andakan mereka orang-orang yang beriman, barangkali mereka akan berfikir jauh ke depan sebelum melahirkan sains modern. Mereka harus mawas diri. (Penulis adalah Mahasiswa Fakultas ADAB IAIN Sunan Kalijaga Yogyakart, 1996).
Makin banyak orang meyakini bahwa apa yang dinamakan peradaban modern, di mana tinggal di dalamnya, sedang berada diambang krisis. (red. Contoh masyarakat di negara-negara barat kini mulai merasakan kehausan spiritual hingga akhirnya banyak yang mencari kedamaian di dunia timur). Padahal kalau bicara soal peradaban modern, kita otomatis bicara juga soal sains modern bersama aplikasinya. Memang kelihatannya ini terlalu berlebihan, tetapi dalam realitasnya sains modern dapat menerangkan persoalan dunia masa kini. Tentang alienasi individual, rusaknya lingkungan manusia dan sebagainya. Masalah ini sebagai contoh kecil saling mempengaruhi dan terakumulasi dalam apa yang sering dinamakan sebagai krisis global yang tengah dihadapai oleh negara-negara di dunia, yang notabene sebagai aktor dalam sains modern tersebut.
Bila krisis-krisis ini disajikan dalam daftar yang rinci, maka akan didapatkan daftar yang teramat panjang. Sebagai contoh barangkali ini yang paling dominan adalah krisis ekologi (lingkungan). Ekosistem alam yang dihuni bermilyar makhluk hidup kini berada dalam situasi yang labil lantaran terlalu banyak campur tangan manusia terhadapnya, baik yang direncanakan maupun tidak. efek rumah kaca misalnya, tidak hanya berbahayas bagi sebagian dunia saja, tetapi juga mengancam seluruh dunia. Ancaman yang lain adalah menipisnya lapisan ozon akibat penggunaan penyegar yang berlebihan. Meskipun jumlahnya hanya sedikit, tetapi ozon sangat fital untuk melindungi kehidupan( red. di bumi) dari sengatan sinar ultraviolet langsung dari matahari.
Contoh diatas belum seberapa bila dibandingkan dengan kemungkinan terjadinya perang nuklir. Jumlah senjata nuklir yang dimiliki oleh dunia cukup untuk menghancurkan bumi beserta penghuninya. Kekuatan hulu ledak yang dimiliki dunia berlipat lebih dasyat dari pada yang pernah dijatuhkan di Hirosyima dan nagasaki, bahkan baru bocornya reaktor nuklir saja sudah sekian ratus nyawa melayang.
Ini baru krisi lingkungan, sekarang bagaimana bola manusia menciptakan makhluk hidup baru dengan rekayasa genetiknya? Mereka mampu menciptakan manusia super yang dapat diprogram menurut kemauan mereka, mereka bisa membuatnya sebagai penghancur, tetapi mereka juga bisa membuatnya sebagai robot-robot yang dapat melayaninya untuk menjadi manusia yang serba simpel(instan).
Sementara dampak lain yang muncul; misalnya dampak psikologis, termasuk meningkatnya grafik penderita depresi, kegelisahan, psikosis dan lainnya. Hal yang paling parah bila manusia telah jauh dari rel kehidupannya yang mesti dilaluinya, ujung-ujungnya tindakan bunuh diri dan penyakit jiwa meningkat dengan pesatnya.
Argumen bahwa sains bersifat netarl bisa untuk kepentingan masyarakat dan kehancuran tampaknya (pernah) sangat meyakinkan. Tetapi apa benar kalau sains modern bisa dipisahkan dari penerapannya? seperti penyalahgunaan dalam militer untuk menghancurkan manusia yang tidak berdosa. Dimana pula penerapannya secara fungsional sebagai kemakmuran masyarakat?
Bila dilihat kembali sejarah lahirnya sains modern maka akan didapatkan semakin tampaknya semenjak kebangkitannya (renaissnce), tujuan sains modern adalah untuk menjadikan manusia sebagai penguasa alam' sehingga ia bebas mengeksploitasinya demi kepentingan manusia sendiri dalam menjadikan diri pemilik budaya instan. Ringkasnya, sejak ia (sains modern) lahir tidak bisa dipisahkan dari aplikasinya yang tepat, baik atau buruk jadi sains modern itu tidak netral.
Dampak tak terlihat sains modern ini muncul diantaranya pada pola pikir manusia dan pada gilirannya akan bergerak ke arah perilakunya. Ini tampak pada dominasi empirisme dalam penilaian manusia atau realitas-realitas, baik sosial, individual, bahkan juga keagamaan. Barang kali hal ini juga dapat menjelaskan pada apa yang telah disebutkan sebagai budaya indrawi (yang bersifat empiris, duniawi, sekular, humanistik, pragmatis dan hedonistis).
Memang sejak munculnya, sains modern telah terkena dominasi Barat, sehingga tak aneh bila orang menyebutnya sebagai sains Barat. Nilai-nilai ini kemudian berkembang ke negara-negara tetangganya termasuk juga negara muslim turut menerapkan sains barat bersamaan dengan menyerbarnya sains modern lewat jalur alih teknologi dan lembaga pendidikan (universitas) dan saluran lain. Diakui atau tidak pengaruh sains modern telah membawa manusia ke 'alam' lain.
Masalahnya kini: Bagaimana manusia menerapkan sains modern secara proporsional, kembali kepada misinya yang luhur tanpa berdimensi negatif. Haruskan manusia menggunakan efek sains modern sebagai legitimasi untuk mencemarinya, meninggalkan kaidah-kaidah dan norma-norma kemanusiaan? Haruskan ia (Sains Modern) berpihak pada sisi yang cenderung lebih menguntungkan salah satu pihak dan menyengsarakan pihak lain? Teknologi persenjataan misalnya, haruskan digunakan untuk membinasakan manusia yang tak berdosa, yang awam terhadap urusan teknologi? jawabannya dipulangkan kepada aktor sains dan teknologi. Andaikan mereka melihat sisi gelapnya (sains Modern), andaikan mereka memiliki sisi humanisme yang tinggi, andakan mereka orang-orang yang beriman, barangkali mereka akan berfikir jauh ke depan sebelum melahirkan sains modern. Mereka harus mawas diri. (Penulis adalah Mahasiswa Fakultas ADAB IAIN Sunan Kalijaga Yogyakart, 1996).
(BAKTI NO.62 / AGUSTUS 1996)
(Red. Saya setuju bahwa sains itu bergantung pada aktornya (ilmuwannya), sehingga guna mengatasi krisis dunia akibat teknologi ini langkah pertama dan utama adalah menjadikan para ilmuwan orang yang cerdas hatinya atau dengan kata lain memiliki akhlak yang mulia. Lagi-lagi Akhlak lah kunci utama peradaban manusia. Sebagaimana hadits yang telah populer, "Sesungguhnya aku (muhammad SAW) diutus guna menyempurnakan Akhlak yang mulia". Tak pelak lagi langkah utama solusi bagi negara ini adalah memunculkan kembali pelajaran-pelajaran Akhlak diseluruh instansi pendidikan. Paling tidak dimunculkan kembali pendidikan kembali semisal PMP. Meskipun telah ada pelajaran agama, tetapi tampaknya bagi murid sekarang ,mendengar istilah agama saja seakan sudah alergi, sehingga perlu metode pendidikan akhlak yang bisa diterima siswa dengan baik.)