Alkisah, setiap subuh seperti biasanya, Bilal mengumandangkan azdan di Masjid Nabawi. Begitu terdengar adzan biasanya Rasulullah saw akan segera masuk masjid. Tetapi pada suatu subuh sekalipun adzan telah selesai, Nabi belum juga muncul di masjid, sehingga membuat Bilal bertanya-tanya. Setelah menunggu beberapa saat, Nabi tak muncul, maka Bilal pun pergi ke rumah Nabi yang terletak di samping masjid itu.
Setelah tiga kali, tak terdengar jawaban, Bilal mencoba membuka pintu karena khawatir nabi saw sakit. Pintu pun terbuka, dan didapatinya Nabi sedang menangis. Air matanya menetes melalui pipinya. Karuan saja Bilal menjadi kaget dan bertanya kalau-kalau Nabi sakit. Tapi nabi menggelengkan kepala. "Tapi kenapa Engkau menangis ya Rasulullah?" desak Bilal. Rasul pun menjawab, bahwasanya barusan telah turun ayat, yang kalau direnungkan, kata Nabi, mampu mengubah dunia ini.
Ayat yang dimaksud Nabi itu, kini tertulis di dalam Alqur`an surat Ali-Imran ayat 190 dan seterusnya. Dua ayat 190-191:
"Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi dan silih bergantinya malam dan siang terdapat tanda-tanda (kekuasaan Allah) bagi orang-orang yang berakal. (yaitu) orang-orang yang mengingat Allah sambil berdiri dan duduk dan dalam keadaan berbaring dan mereka memikirkan tentang penciptaan langit dan bumi seraya berkata,"Ya Rabb kami tiadalah Engkau menciptakan ini dengan sia-sia. Maha Suci Engkau, maka peliharalah kami dari siksa neraka."
Menurut ahli sejarah, para ilmuwan muslim terdahulu giat melakukan penelitian dan pencarian ilmu terdorong oleh ayat tersebut. Sehingga ditemukanlah sejumlah ilmu alam modern seperti matematika, fisika, optik dan sebagainya yang didorong oleh ayat tersebut.
Dengan semangat mengamalkan perintah Allah, ilmuwan muslim generasi awal telah melahirkan ilmu-ilmu baru, disamping menterjemahkan ilmu-ilmu yang ada ke dalam bahasa Arab seraya membersihkan unsur syirik dan takhayulnya. Dunia pun menemukan dirinya dalam peradaban Islam yang gemilang.
Pada masa ini, semangat ulil-albaab itu perlu direaktualisasikan kembali perannya. Semua ilmuwan muslim hendaklah menjadi Ulil-Albaab dalam rangka mengejar ketertinggalannya dalam bidang iptek dari negara yang lebih maju. Sebab sesungguhnya ethos keilmuwan muslim sesungguhnya terletak pada karakter sang ulil albaab ini yang tajam daya pikirnya sekaligus kuat zikirnya.
(Dicuplik dari SM 1994)
Setelah tiga kali, tak terdengar jawaban, Bilal mencoba membuka pintu karena khawatir nabi saw sakit. Pintu pun terbuka, dan didapatinya Nabi sedang menangis. Air matanya menetes melalui pipinya. Karuan saja Bilal menjadi kaget dan bertanya kalau-kalau Nabi sakit. Tapi nabi menggelengkan kepala. "Tapi kenapa Engkau menangis ya Rasulullah?" desak Bilal. Rasul pun menjawab, bahwasanya barusan telah turun ayat, yang kalau direnungkan, kata Nabi, mampu mengubah dunia ini.
Ayat yang dimaksud Nabi itu, kini tertulis di dalam Alqur`an surat Ali-Imran ayat 190 dan seterusnya. Dua ayat 190-191:
"Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi dan silih bergantinya malam dan siang terdapat tanda-tanda (kekuasaan Allah) bagi orang-orang yang berakal. (yaitu) orang-orang yang mengingat Allah sambil berdiri dan duduk dan dalam keadaan berbaring dan mereka memikirkan tentang penciptaan langit dan bumi seraya berkata,"Ya Rabb kami tiadalah Engkau menciptakan ini dengan sia-sia. Maha Suci Engkau, maka peliharalah kami dari siksa neraka."
Menurut ahli sejarah, para ilmuwan muslim terdahulu giat melakukan penelitian dan pencarian ilmu terdorong oleh ayat tersebut. Sehingga ditemukanlah sejumlah ilmu alam modern seperti matematika, fisika, optik dan sebagainya yang didorong oleh ayat tersebut.
Dengan semangat mengamalkan perintah Allah, ilmuwan muslim generasi awal telah melahirkan ilmu-ilmu baru, disamping menterjemahkan ilmu-ilmu yang ada ke dalam bahasa Arab seraya membersihkan unsur syirik dan takhayulnya. Dunia pun menemukan dirinya dalam peradaban Islam yang gemilang.
Pada masa ini, semangat ulil-albaab itu perlu direaktualisasikan kembali perannya. Semua ilmuwan muslim hendaklah menjadi Ulil-Albaab dalam rangka mengejar ketertinggalannya dalam bidang iptek dari negara yang lebih maju. Sebab sesungguhnya ethos keilmuwan muslim sesungguhnya terletak pada karakter sang ulil albaab ini yang tajam daya pikirnya sekaligus kuat zikirnya.
(Dicuplik dari SM 1994)